Jumat, 24 Oktober 2008

Ajaran Mendasar Dalam Agama Islam

Kita sebagai ummat Islam, bukan hanya memikirkan masa depan bangsa ini tetapi juga memikirkan eksistensi kita sebagai bagian dari ummat Islam, yang mana kerukunan dan keharmonisannyahrus selalu kita jaga. Suatu perbedaan yang ada saat ini hanya akan membuat kita terpecah yang akhirnya membuat membuat kita lemah, goyah dan rapuh. Kita hanya bisa bangga dengan besarnya kuantitas ummat Islam saat ini tanpa sedikit pun merasa minder dengan kualitas yang ummat Islam miliki, Naudzubillahi min dhalik. Kondisi seperti inilah yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam lalu apakah sikap dan tindakan kita untuk mengatisipasi hal tersebut?.

Oleh karena itu marilah kita mencoba untuk mengakhiri dan meluruskan semua perbedaan yang ada dengan merajut kembali Ukhuwwah Islamiyah yang Islam agungkan tanpa melupakan tuntunan kita Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup kita.

Ada beberapa ajaran mendasar dalam agama Islam untuk menjaga kesatuan ummat dengan tauhid dan sosial-nya (dikutip dari pernyataan bapak Amien rais dalam Cakrawala 1987 dan Tauhid Sosial 1998) adalah sebagai berikut:

Pertama: Unity of Godhead (Kesatuan ketuhanan), prinsip ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah Swt Illah yang harus kita sembah, kita puji dan kita agungkan. Seperti halnya saudara kandung, walau berbeda tempat tinggal dan berbeda taraf ekonomi namun mereka masih harmonis dan bersatu padu karena mereka dilahirkan dari rahim seorang ibu yang selalu menyayangi mereka dan seorang ayah yang mendidik dan membesarkan mereka. Lantas mengapa kita tidak mampu untuk menjadikan Allah Swt tempat bergantung dan memohon sebagai pemersatu kita dalam satu keimanan dan aqidah?. Bukankah Allah Swt yang telah menciptakan kita?. Allah Swt berfirman:

"sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku." Al-Mukminun:52

Kedua: Unity of Creation (Kesatuan Penciptaan), kita menyadari bahwa kita berasal dari Adam As sebagaimana yang telah Allah Swt gambarkan dalam Al-Qur'an:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan peremppuan yang banyak.” An-Nisa’:1

Dari sinilah kita seharusnya mampu merajut jalinan kebersamaan antar sesama. Perbedaan yang ada hanyalah warna-warni hidup ini entah itu perbedaan warna kulit, suku, ras, etnis, dan lain sebagainya. Bukankah semua makhluk yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah Swt?. Allah menciptakan kita (manusia) tanpa adanya perbedaan yang memisahkan antar sesama dan perlu kita ingat bahwa kita berasal dari Adam As yang berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah.

Tiga: Unity of Mankind (kesatuan kemanusiaan). Kesadaran akan asal diri yang satu hendaknya membentuk satu kesatuan kemanusiaan, namun berbagai kepentingan yang ada telah membuat kita terpecah belah. Tak terkecuali ummat Islam, perpecahan kerap muncul karena dipicu oleh berbagai kepentingsn yang beraneka ragam sifatnya, ada kepentingan pribadi, kelompok, golongan, dan lain sebagainya. Merka saling menghujat, saling menjatuhkan yang akhirnya menimbulkan pola pikir yang disebut dengan Paradigma Truth Claim yang beranggapan bahwa kelompoknyalah yang paling hebat, paling benar, dan paling pantas memegang kursi pemerintahan, itu semua timbul akibat masing-masing individu atau kelompok bangga akan prestasi yang telah diperoleh oleh masing-masing individu atau kelompok mereka.

Kesadaran Unity of Mankind hendaknya mampu mengikis paradigma yang demikian itu, kita semua adalah makhluk Allah dan dimata-Nya bukan karena individu atau kelompok yang dillihat dan dinilai tetapi sejauh mana kita mampu merealisasikan wujud ketaqwaan kita dan mampu menyumbangkan sesuatu hal yang terbaik dalam hidup ini. Islam tidak mengenal adanya tingkatan, kasta, dan lain sebagainya tetapi Islam hanya mengenal masyarakat Egaliter sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

“hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Al-Hujurat:13

Disamping itu konsep yang sangat sederhana untuk mengembalilkan kesatuan ummat Islam adalah dengan merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan tuntunan yang satu bagi semua ummat Islam. Tuntunan ini disebut dengan Guidance.

Empat: Prinsip kesadarn akan kesamaan tuntunan diatas yang harus kita pahami bersama yaitu Unity of Guidance of Life (Kesatuan Tuntunan Hidup). Walu kita semua setuju untuk merujuk semua permasalahan yang ada kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun didalam memahi keduanya kita terkadang masih berbeda pendapat yang dapat menjerumuskan kita kepada perselisihan. Ironisnya ketika perbedaan interpretasi tersebut terjadi bukan ditujukan untuk menemukan hakikat yang terkandung dalam sbeuah ayat atau hadits, tetapi didorong oleh faktor-faktor lain seperti kepentingan politk misalnya. Tentu bukan perbedaan pendapat yang demikian yang kita harapkan, tetapi perbedaan dalam rangka mencari kebenaran suatu ayat atau hadits, perbedaan yang didasari oleh kejujuran, keterbukaan, dan kerendahan hati. Menerima pendapat orang lain dan mengakui kekeliruan yang ada dalam diri atau pun kelompok. Inilah sikap yang pernah ditampilkan oleh para pendahulu kita Salafus Shalih dan ulama sesudah mereka, suatu sikap yang toleran As-Samhah walaupun telah terjadi perbedaan diantara mereka dalam masalah-masalah Furu’ (Cabang), namun tidak ada diantara meeka sikap saling membenci dan memusuhi.

Disebutkan pernah terjadi perbedaan antara Abu Hanifah dan Imam Malik dalam masalah furu’ yang jumlahnya sekitar empat belas ribu yang menyangkut bab ibadah dan mu’amalah, juga antara Imam Syafi’e dan gurunya, Imam Malik dalam berbagai masalah yang jumlahnya mencapai sekitar enam ribu. Begitu banyak permasalahan yang ada namun tak satu pun dari mereka saling memusuhi, tak satu pun dari mereka saling menjelekkan dan mencaci maki. Sebaliknya mereka saling mencintai, menghargai, dan menyayangi serta menunjukkan sikap yang bersih, adil kepada sesama. Maka sikap saling menyalahkan dan merasa diri paling benarakibat perbedaan pendapat dalam agama, berpotensi menimbulkan perpecahan yang seharusnya kita hindari.

Menunjukkan sikap beragama yang terbuka, tentu bukanlah sesuatu yang mudah. Bisikan dan godaan syetan serta berbagai kepentingan mampu menyeret manusia dari koridor ini. Disinilah fungsi sentral para da’i atau pemberi peringatan yang mana Nabi Muhammad telah mengajarkan kita demikian yaitu untuk mengembalikan keberadaan ummat menjadi ummat yang satu dalam koridor Islam.

“Manusia itu adalah ummat yang satu (setelah muncul perselisihan) maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi peyunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” Al-Baqarah:213

Melihat dunia saat ini yang penuh dengan paradigma-paradigma kehidupan yang rusak, maka diperlukan orang-orang yang konsisten memegang ajaran agama. Orang-orang yang berjiwa terbuka dan bersih dari kepentingan-kepentingan yang bersifat duniawi, dan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam membentuk orang-orang seperti ini, maka memaknai dan memahami secara mendalam surah Ali Imran:104-105 sangat relevan. Semua ini adalah upaya menuju satu kesatuan tujuan hidup (Unity of Purpose of life) dengan ridha dan diridhai Allah Swt, yang merupakan prinsip kelima dalam mengembalikan keharmonisan Ukhumwwah Islamiyah. (Hamba Allah)

Tidak ada komentar: